Yayasan Riyadhus Shalihin Indonesia

Ciri-ciri Orang Yang Bertaqwa

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, wash-sholaatu wassalaamu ‘ala asyrofil anbiyaa i walmursaliin, wa’alaa alihi washohbihii ajma’iin ammaba’adu.

Sahabat da’wah yang di rahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala..

   Hakikat terbesar dari tujuan penciptaan manusia ialah untuk beribadah kepada Alloh ta’ala sebagaimana Alloh ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.”
(Q.S. Adz-Dzariyat: 56)

   Bagi orang yang beriman dan benar dengan keimanannya mereka akan menjadikan ayat ini sebagai landasan utaman untuk menjalani kehidupannya didunia ini. Seluruh tingkah laku atau amalannya akan senantiasa mempertimbangkan akan muatan ketaatan kepada Alloh aza wajalla. Terlebih ia pun akan meyakini bahwa seluruh aktivitas di dunia ini tiadalain sebagai bekal ia untuk menghadapi hari esok yakni setelah kematiannya. Karena ia meyakini akan firman Alloh Ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٞ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٖۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ …

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)…
(Q.S. Al-Hasyr:18)

   Ayat diatas sangatlah jelas akan penekanan Alloh kepada hamba-hambanya agar mereka bertakwa dan memperhatikan amalan apa yang sudah dipersiapkan untuk menghadapi setelah hari kematian. sebagai seorang muslim yang telah meyakini janji dan ancaman Alloh, sudah barang tentu kita sangat ingin menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Alloh. Karena dialah bekal kehidupan abadi dimana Alloh  telah memerintahkan manusia untuk membekali dirinya dengan ketakwaan ini dalam firman-Nya:

…وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ

“Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.”
(QS. Al-Baqoroh : 197)

   Berbicara tentang takwa berarti berbicara satu ciri kemuliaan bagi seorang muslim. Karena Alloh telah nyatakan bahwa meraka adalah orang-orang yang berada di atas petunjuk dan orang-orang yang mendapatkan keberuntungan.

   Takwa itu sendiri digambarkan sebagai sebuah tindakan sigap dan hati-hati ketika ia melangkah di tengah-tengah jalan yang dipenuhi dengan duri sehingga ia tidak tertusuk duri-duri itu. Dia adalah perisai yang akan membentengi seseorang dari hal-hal yang diharamkan oleh Alloh  dan Rosul-Nya. Karena sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir Rohimahulloh bahwa takwa adalah satu istilah yang mencakup seluruh tindakan mengerjakan ketaatan dan meninggalkan kemungkaran. Marilah kita renungi bersama ayat-ayat Alloh  yang telah memberikan gambaran sifat-sifat mereka, semoga kita semua bisa mencontoh, meneladani dan menerapkan sifat-sifat itu dalam kehidupan kita.

Diantara sifat-sifat orang yang bertakwa adalah:

  1. Beriman kepada hal-hal ghoib seperti beriman akan keberadaan dan pengawasan Alloh beserta sifat-sifat-Nya yang lain dan segala hal yang terkait dengan-Nya.

Alloh  berfirman:

 مَّنۡ خَشِيَ ٱلرَّحۡمَٰنَ بِٱلۡغَيۡبِ وَجَآءَ بِقَلۡبٖ مُّنِيبٍ  

“(yaitu) orang yang takut kepada Dzat yang Maha Pemurah sedang Dia tidak terlihat oleh orang tersebut dan dia datang dengan hati yang bertaubat.”
(Q.S. Qoof : 33)
  1. Mendirikan sholat, Dimana sifat inilah yang akan menentukan eksistensi keislamannya, karena ia merupakan tiang penopang dari dinul Islam. Jika ia tidak ditegakkan, maka mustahil keislamannya akan bisa ada dan dapat memayungi gerak langkah kehidupannya.

Rosululloh Sholallohu alaihi bersabda:

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللّهِ

“Pokok agama adalah Islam (berserah diri), tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.”
(HR. Tirmidzi)
  1. Menginfakkan sebagian harta yang Alloh anugerahkan kepada mereka, bahkan mereka adalah orang-orang yang selalu siap berbagi dengan saudara-saudara mereka yang berada dalam kekurangan. Mereka semua yakin bahwa dalam harta yang Alloh anugerahkan kepada mereka, ada hak orang-orang miskin baik yang meminta-minta ataupun tidak, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

 
وَفِيٓ أَمۡوَٰلِهِمۡ حَقّٞ لِّلسَّآئِلِ وَٱلۡمَحۡرُومِ

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
(QS. Adz-Dzariyat [51]: 19)

   Hal ini tidak hanya mereka lakukan saat mereka berada dalam kelapangan saja, akan tetapi mereka akan siap untuk berbagi dengan saudara mereka walaupun ia berada dalam kondisi sempit. Sebagaimana yang Alloh gambarkan dalam firman-Nya:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ …

 “(yaitu) orang-orang yang menginfakkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit…”
(QS. Ali Imron [3]: 134)
  1. Beriman kepada kitab yang Alloh turunkan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya. Keimanan terhadap al-Kitab menuntut kita untuk meyakini kebenaran seluruh isi yang terkandung di dalamnya dan berupaya untuk bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan.

   Dan kita tidak bisa memahami al-Qur’an begitu saja dengan mengandalkan akal kita masing-masing. Akan tetapi, kita harus merujuk kepada bagaimana Rosululloh dan para sahabat menginterpretasikannya. Hal ini dilakukan untuk membentengi kaum muslimin dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang atau pemahaman parsial terhadap satu dua ayat yang akan menghasilkan satu kesimpulan keliru yang menyesatkan.

   Disamping itu, termasuk beriman kepada al-Qur’an adalah mengimaninya secara keseluruhan dengan tidak membeda-bedakan satu kewajiban yang ada di dalamnya dengan kewajiban lain. Sebagai contoh misalnya, sebagian kaum muslimin yang kaya yang melaksanakan sholat, mereka juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan zakat harta mereka ketika sudah mencapai batas yang ditentukan. Dan tidak hanya mengerjakan salah satunya dan meninggalkan yang lain.

   Contoh yang lain adalah kewajiban seorang muslimah untuk melaksanakan shoum Romadhon mereka juga berkewajiban untuk menutup aurat mereka. Yang memerintahkan itu semua adalah Alloh, sehingga kita tidak punya hak untuk memilah dan memilih salah satu dari kewajiban-kewajiban itu dan meninggalkan yang lainnya.

  1. Beriman dengan adanya negeri akherat. Hal inilah yang akan memotivasi seorang muslim untuk mengerjakan ketaatan-ketaatan kepada Alloh. Ia akan tergerak untuk segera mengerjakan kebaikan dan menahan diri sekuat tenaga untuk tidak melakukan kemaksiatan, karena ia telah yakin dan sangat mengerti bahwa seluruh amal perbuatannya akan diperlihatkan kepadanya dan akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Alloh.

   Sehingga orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang telah Alloh sebutkan sebagai orang-orang yang ketika mereka hidup di dunia ini, mereka adalah orang-orang yang berbuat baik.

Alloh  berfirman:

 ءَاخِذِينَ مَآ ءَاتَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَبۡلَ ذَٰلِكَ مُحۡسِنِينَ

“Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Q.S. Adz-Dzariyat : 16)

   Dan ketika mereka terjatuh dalam satu kesalahan, mereka akan bersegera meminta ampunan kepada Alloh  di saat-saat penting, dimana do’a disaat itu akan Alloh kabulkan dan tidak bersikukuh mengerjakan kesalahan itu setelah mereka mengetahuinya.

Alloh  berfirman:

وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau berbuat dzolim terhadap diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS. Ali Imron: 135)

   Mudah-mudah kita termasuk orang-orang yang bersegera dalam bertaubat ketika melakukan kesalahan, dan semoga taubat kita di terima oleh Alloh  dan dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya.

Karena kita harus yakin pula akan firman Alloh ta’ala:

قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Q.S. Az-Zumar:53).

   Semoga kita semua mendapatkan petunjuk untuk bisa meneladani sifat-sifat orang-orang yang bertakwa dan melatih diri kita agar sifat-sifat itu tertanam dengan baik sehingga kita akan mendapatkan tempat mulia sebagaimana yang telah Alloh janjikan bagi orang-orang yang bertakwa yaitu surga yang penuh kebaikan dan kenikmatan.

Wallohu alam

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *