Yayasan Riyadhus Shalihin Indonesia

ORANG BERAKAL SELALU MENJAGA HATI DAN TERUS MENCARI ILMU

Source : www.radiorodja.com

KITAB RAUDHATUL UQALA WA NUZHATUL FUDHALA

Kewajiban orang yang berakal adalah agar dia tidak lupa menjaga hatinya. Menjaga hati adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup kita. Semua gerakan manusia, dikendalikan oleh hatinya. Jika hatinya tidak terjaga, maka perbuatannya pun tidak akan terjaga. Dan jika dia benar-benar bisa menjaga hatinya, maka insyaAllah perbuatan dan ucapannya akan terjaga.

CARA MENJAGA HATI

Cara untuk menjaga hati adalah dengan meninggalkan sebab-sebab yang bisa menyebabkan hatinya menjadi keras. Hati yang keras adalah hati yang sudah sulit untuk mendapatkan hidayah. Hati yang keras adalah hati yang sudah tidak ada lagi ketundukan kepada Allah. Hati yang keras adalah hati yang hanya selalu mengikuti hawa nafsunya.

Bagi orang yang berakal, ini sangat membahayakan hidupnya. Karena kehidupan hanya akan selamat dengan hidupnya hati. Matinya hati hakikatnya adalah menghancurkan kehidupan. Baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Maka dari itu orang yang hatinya mati, mereka akan melakukan kerusakan di muka bumi. Sedangkan orang-orang yang hatinya hidup, mereka akan melakukan kebaikan di muka bumi ini.

HATI ADALAH RAJA

Apabila rajanya baik, maka pasukannya pun akan baik. Demikian pula jika rajanya buruk, pasukannya pun akan buruk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Apabila kita dihadapkan pada dua pilihan, jauhi yang paling sesuai dengan hawa nafsu. Karena biasanya yang paling sesuai dengan hawa nafsu itulah sering kali tidak sesuai dengan keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala. Apabila kita memiliki niat untuk berbuat buruk, maka hendaklah kita diam dan tidak melakukannya. Jika kita memiliki niat untuk berbuat kebaikan, lakukanlah. Jangan sampai hanya sebatas niat tapi tidak terealisasi dalam perbuatan.

Hati tidak akan bersih dari kotoran sampai setelah niatnya hanya untuk Allah dan karena Allah. Apapun yang diniatkan, hendaknya selalu bertanya apakah yang ingin dilakukan itu diridhai oleh Allah atau tidak.

TERUS MENCARI ILMU

Siapaun yang ingin menuntut ilmu, perbaikilah hati terlebih dahulu. Jangan sampai kita menuntut ilmu tanpa memperbaiki hati. Karena demikianlah yang dilakukan oleh salafush shalih.

Banyak penuntut ilmu yang tidak memperbaiki hatinya, sehingga hatinya tidak bermanfaat. Ilmunya menimbulkan ujub dan kesombongan, sebatas mengejar gelar dengan tujuan duniawi. Ingin punya jabatan ini dan itu, ingin disebut ulama atau yang lainnya.

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat.” (HR. Ahmad).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *