Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh
Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, wash-sholaatu wassalaamu ‘ala asyrofil anbiyaa i walmursaliin, wa’alaa alihi washohbihii ajma’iin ammaba’adu.
Romadhon harus lebih baik dan lebih optimal.
Maka kita harus persiapkan:
Pertama : BEKAL IMAN
Kedua : BEKAL ILMU
Berbicara Shiyam/Puasa maka berbicara iman, karena puasa adalah masalah keimanan. Sehingga ayat Al-Qur’an menggunakan kata “IMAN” ketika berbicara PUASA sebagaimana termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa….”
Ayat di atas dimulai dengan kata Orang-orang beriman setelah panggilan. Ini menunjukkan bahwa hanya orang-orang berimanlah yang sanggup melaksanakan perintah tersebut yang mana dalam hal ini adalah Shiyam/Puasa. Sehingga orang-orang yang tidak beriman tidak akan mampu melakukannya.
Berbeda dengan ayat yang tidak diawali dengan kata Yaa ayyuhalladziina AAMANUU (orang-orang beriman) yakni menggunakan kata-kata Yaa ayyuhan-NAAS maka ditujukan kepada manusia pada umumnya, baik manusia yang beriman maupun manusia yang tidak beriman. Seperti tertera dalam surat An-Nisa ayat 1.
Ketika ayat Al-Qur’an dimulai dengan panggilan “Hai orang-orang beriman” maka ada hal penting yang yang harus kita perhatikan dalam ayat tersebut. Ada hal yang istimewa yang tak boleh luput dari perenungan kita.
Orang-orang yang berilmu mengenai Shiyam/Puasa sangat berbeda dengan orang-orang yang tidak memiliki ilmu tentang puasa. Sehingga orang-orang berilmu mampu meraih banyak kebaikan dari Puasanya dibandingkan Orang-orang yang tidak berilmu. Derajat antara keduanya amat tidak sama.