Yayasan Riyadhus Shalihin Indonesia

JAGALAH ALLOH (Jaminan Penjagaan-Nya)

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum​​ Warrohmatullohi​​ Wabarokatuh.

Alhamdulillahi​​ rabbil’aalamiin,​​ wash-sholaatu​​ wassalaamu​​ ‘ala​​ asyrofil​​ anbiyaa​​ i​​ walmursaliin,​​ wa’alaa​​ alihi​​ washohbihii​​ ajma’iin​​ ammaba’adu.

عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْماً، فَقَالَ : يَا غُلاَمُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: اْحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ اْلأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ  يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفِ

[رواه الترمذي وقال : حديث حسن صحيح]

Dari Abu Al Abbas Abdullah bin Abbas Rodhiallohu anhu ia berkata : Suatu saat saya berada dibelakang Nabi Shollallohualaihi wasalam, maka beliau bersabda : Wahai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa perkara: Jagalah Alloh, niscaya Dia akan menjagamu, Jagalah Alloh niscaya Dia akan selalu berada dihadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Alloh, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah sesungguhnya jika sebuah umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu atas sesuatu, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kecuali apa yang telah Alloh tetapkan bagimu, dan jika mereka berkumpul untuk mencelakakanmu atas sesuatu, niscaya mereka tidak akan mencelakakanmu kecuali kecelakaan yang telah Alloh tetapkan bagimu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering. (Riwayat Tirmizi dan dia berkata : Haditsnya hasan shahih)

Inilah wasiat yang agung dari Nabi Shollallohu alaii wasallam yang dikaruniai Allah Ta’ala, jawami’ul kalim (perkataan yang singkat namun mengandung makna yang luas dan dalam)

Beliau bersabda, “Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.”

Yang dimaksud dengan menjaga Alloh Ta’ala sebagaimana adalah menjaga perintah-perintah-Nya dengan melaksanakannya, berhenti pada larangan2-Nya dengan menjauhi larangan tersebut, dan berhenti pada menjaga batasan-batasan Alloh (hududulloh) dengan tidak melampauinya.

Termasuk perkara terbesar yang kita diwajibkan untuk menjaganya ialah shalat. Allah Ta’ala berfirman,

حَٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ

“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Serta Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Q.S. Al-Baqoroh: 138)

Rasulullah Shollallohu alaihi wasalam juga bersabda :

من حافظ عليها كانت له نورا وبرهانا ونجاة يوم القيامة ومن لم يحافظ عليها لم تكن له نورا ولا برهانا ولا نجاة ويأتي يوم القيامة مع

(196/2) قارون وفرعون وهامان وأبي بن خلف ,رواه أحمد

“Jika dia menjaga solat, maka baginya cahaya, bukti, dan pembebasan pada Hari kiamat, dan siapa pun yang tidak memeliharanya tidak memiliki cahaya, bukti, atau pembebasan, dan  dan dia akan datang pada Hari Kebangkitan bersama dengan Qarun, Firaun, Haman, dan Abi Bin Khalaf” (H.R. Ahmad: 2/196)

Menjaga shalat yakni menjaga waktu-waktunya, melaksanakannya secara berjama’ah di rumah-rumah Alloh, menunaikannya dengan memperhatikan adab-adab lahir dan bathin. Kemudian Termasuk dari menjaga hududulloh yang wajib adalah menjaga farj/kemaluan. Allah Ta’ala  berfirman :

 وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ

“Dan mereka yang menjaga kemaluan mereka” (Q.S. Almuminun: 5)

Rasululloh shollahu alaihi wasalam telah mengingatkan akan bahayanya anggota tubuh ini, kemudian beliau menggabungkan dengan anggota tubuh yang lainnya yaitu lisan seraya bersabda :

عن سهل ابن سعد رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( من يضمن لي مابين لحييه ، ومابين رجليه أضمن له الجنة ) رواه البخاري

Barangsiapa yang mau berjanji kepadaku untuk menjaga sesuatu yang berada di antara kedua rambut (kumis dan janggut, yakni mulut), serta yang berada di antara kedua kakinya (yakni farjinya), maka saya menjamin surga untuknya.” (H.R. Bukhori)

Lisan dan farji, ingatlah bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah menitipkan kedua anggota tubuh ini pada kita agar kita menjaganya, dan tidak mempergunakannya kecuali pada hal-hal yang diridhoi oleh Pencipta-Nya. Dalam haditsnya yang lain beliau juga mengingatkan bahwa sebagian besar yang menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah karena lisan dan farjinya. Demikian juga dengan anggota tubuh yang lain seperti pendengaran, penglihatan dan hati.

 وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

“dan jangan kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu ketahui, sesungghnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertanggung jawabannya” (Q.S. Al-Isro:36)

Apakah manusia menyangka bahwa di dunia ini ia bebas berbicara apa saja yang diinginkannya, bebas melihat apa saja yang disukai hawa nafsunya, bebas mendengar dan mengkhayalkan apa saja yang disukainya? Tidak, demi Alloh, sesungguhnya lisan, pendengaran, penglihatan dan hati, ini semua adalah milik Alloh yang dititipkannya kepada kita, lalu Alloh akan menghisab kita tentang kesemua kenikmatanNya ini pada hari kiamat kelak.

Seorang hamba yang  menjaga ini semua, niscaya Alloh akan menjaganya, melindunginya, menjadi penolongnya dalam setiap kesempitan dan kesulitan.

Bagaimanakah penjagaan Allah Ta’ala  terhadap hamba-Nya? Sesungguhnya rahmat Alloh jauh lebih besar daripada amal-amal kita, dan ampunan-Nya jauh lebih besar daripada dosa-dosa kita. Allah ta’ala akan menjaga hamba tersebut dengan menugaskan para malaikat yang selalu menjaganya dari arah depan dan belakangnya, sebagaimana firman-Nya :

… لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar-ra’d:11)

al-Mu’aqqibaat dalam ayat ini sebagaimana ditafsirkan oleh para sahabat adalah para malaikat, mereka adalah para malaikat yang menjaga kita dari syaitan-syaitan, menjaga kita dari ditimpa sesuatu keburukan, kecuali apa yang telah ditakdirkan oleh  Alloh menimpa kita, maka ia tidak bisa tidak pasti terjadi. Maka, Allah Ta’ala  menjaga kita dari para syaitan, padahal alangkah seringnya syaitan itu berupaya untuk menyambar kita, menyesatkan kita, dan menggelincirkan kita, akan tetapi Allah Ta’ala  yang Maha perkasa menjaga kita dari serangan jahat syaitan tersebut, Ia menjaga fisik-fisik kita, menjaga keimanan kita dari makar buruk para syaitan, Allah Ta’ala  berfirman :

وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ وَرَحۡمَتُهُۥ لَٱتَّبَعۡتُمُ ٱلشَّيۡطَٰنَ إِلَّا قَلِيلٗا …

“Kalaulah bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian, tentulah kalian akan mengikuti syaitan, kecuali sedikit sekali di antara kalian.” (QS. An-Nisa: 83)

Demikianlah, apabila seorang hamba menjaga perintah peirntah Allah Ta’ala, dan menjaga larangan larangan Nya dari dikerjakan, maka balasan Allah Ta’ala,  jauh lebih besar dari upaya sang hamba tersebut. Allah Ta’ala akan menjaga agama dan kepentingan duniawi hamba tersebut. Dan penjagaan yang pertama, yaitu penjagaan urusan agama jauh lebih dari yang kedua. Allah Ta’ala akan menjaga agama si hamba dari disimpangkan oleh syubhat-syubahat yang menyesatkan dan syahwat /hawa nafsu yang menggelincirkan, sebagaimana Allah Ta’ala  telah menjaga hamba dan Nabi Nya, Yusuf alaihi salam dari tergoda oleh rayuan Zulaikha, istri pembesar mesir yang merayunya, Dia berfirman :

وَرَٰوَدَتۡهُ ٱلَّتِي هُوَ فِي بَيۡتِهَا عَن نَّفۡسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلۡأَبۡوَٰبَ وَقَالَتۡ هَيۡتَ لَكَۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِۖ إِنَّهُۥ رَبِّيٓ أَحۡسَنَ مَثۡوَايَۖ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ وَلَقَدۡ هَمَّتۡ بِهِۦۖ وَهَمَّ بِهَا لَوۡلَآ أَن رَّءَا بُرۡهَٰنَ رَبِّهِۦۚ كَذَٰلِكَ لِنَصۡرِفَ عَنۡهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلۡفَحۡشَآءَۚ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُخۡلَصِينَ وَٱسۡتَبَقَا ٱلۡبَابَ وَقَدَّتۡ قَمِيصَهُۥ مِن دُبُرٖ وَأَلۡفَيَا سَيِّدَهَا لَدَا ٱلۡبَابِۚ قَالَتۡ مَا جَزَآءُ مَنۡ أَرَادَ بِأَهۡلِكَ سُوٓءًا إِلَّآ أَن يُسۡجَنَ أَوۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ

“…Dan sungguh wanita itu telah condong jiwanya untuk melakukan perbuatran keji/ fahisyah, dan jiwa Yusuf pun telah membisikkan pada dirinya lintasan pikiran untuk menyambut ajakan itu, seandainya saja ia tidak melihat satu ayat dari ayat-ayat Robb-Nya yang membuatnya mejauhi keinginan itu, sesungguhnya Kami perlihatkan kepadanya ayat tersebut agar Kami memalingkan darinya keburukan dan perbuatan keji, karena sesungguhnya ia adalah termasuk dari hamba hamba Kami yang disucikan dan terpilih untuk mengemban risalah, yang mengikhlaskan peribadatannya untuk Alloh semata…(QS. Yusuf: 20-25)

Sebagian ulama berkata, barangsiapa yang menjaga Alloh maka Alloh akan menjaga agama orang tersebut pada saat menjelang kematiannya hingga Alloh mewafatkannya di atas iman. Yang jelas, seorang mukmin yang menjaga Alloh, maka akan mencegah orang tersebut dari apa-apa yang akan merusak agamanya dengan berbagai macam bentuk penjagaan yang boleh jadi ia tidak merasa sebagian bentuk penjagaan tersebut atau bahkan tidak menyukainya.

Termasuk dari buah penjagaan seorang hamba terhadap Allah Ta’ala ialah Allah Ta’ala akan menjaga kepentingan dunia sang hamba tersebut. Allah Ta’ala  akan menjaga fisiknya, hartanya, keluarganya dan bahkan anak cucunya. Semua ini akan dijaga oleh Alloh sebagai balasan atas penjagaan hamba tersebut terhadap perintah peitntah Alloh dan larangan-larangan-Nya.

Barangsiapa menjaga Alloh di masa mudanya niscaya Alloh akan menjaganya di masa tuanya. Sebagian ulama ada yang usianya telah mencapai seratus taun, namun ia tetap fit dengan fisik dan akalnya. Suatu hari ia melompat dengan lompatan yang keras hingga ia ditegur oleh orang-orang disekitarnya, akan tetapi ia menjawab, Anggota tubuh ini telah aku jaga dari maksiat di masa mudaku, maka kini Alloh menjaganya untukku di masa tuaku. Kebalikan dari ini, sebagian salaf ada yang melihat seorang laki-laki tua yang berkeliling ke rumah-rumah sambil meminta-minta, maka ia berkata,

إنَّ هذا ضيَّع الله في صغره ، فضيَّعه الله في كبره

“Sesungguhnya orang tua ini dahulu menyia-nyiakan Alloh di masa mudanya, maka kini Alloh menyianyiakannya di masa tuanya”

Dan sangat boleh jadi Alloh akan menjaga seorang hamba, karena keshalihannya, Alloh menjaga keturunannya setelah ia mati. Sebagaimana dikisahkan oleh Alloh sendiri dalam firman-Nya tentang dua orang anak yatim yang rumahnya hampir roboh kemudian diperbaiki oleh Nabi Khidhir alaihi salam tanpa meminta upah, Alloh menceritakan tentang kedua anak yatim yang masih kecil tersebut, Alloh Ta’ala berfirman :

وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٞ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحٗا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَن يَبۡلُغَآ أَشُدَّهُمَا وَيَسۡتَخۡرِجَا كَنزَهُمَا رَحۡمَةٗ مِّن رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلۡتُهُۥ عَنۡ أَمۡرِيۚ ذَٰلِكَ تَأۡوِيلُ مَا لَمۡ تَسۡطِع عَّلَيۡهِ صَبۡرٗا

“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayah mereka berdua adalah seorang yang saleh, Maka Robbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya lalu mengeluarkan harta simpanan itu, sebagai rahmat dari Robbmu.” (QS. al Kahfi: 82)

Tentang ayat ini, al hafidz Ibnu katsir rohimahulloh berkata, di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa seorang laki-laki yang shalih akan dijaga pada keturunannya, keberkahan ibadah sang ayah tersebut akan mencakup keturunannya di dunia dan di akhirat, yakni dengan syafa’atnya kepada mereka dan diangkatnya derajat mereka ke surga yang tinggi agar bisa berkumpul kembali dengan ayahnya hingga hatinya menjadi tenteram.” Sa’id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata, “Kedua anak yatim itu dijaga oleh Alloh karena keshalihan ayah mereka berdua.”

Subhanalloh, alangkah sempurna dan rapinya penjagaan Alloh kepada para hambanya yang shalih. Jika Alloh Yang maha tinggi telah menjagamu, maka agamamu akan selamat, keimananmu akan selamat, dan ini jauh lebih mahal daripada dunia dan seisinya.

Oleh karena itu, barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh, maka sungguh ia telah menjaga dirinya, tetapi barangsiapa yang menyia-nyiakan ketakwaannya maka sungguh ia telah menyia-nyiakan dirinya, sedangkan Alloh Maha kaya darinya.

وقوله – صلى الله عليه وسلم – : (( احفظ الله تجده تجاهك )) ، وفي رواية : (( أمامك ))

“Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu” (H.R. Imam Tirmidzi di dalam kitab beliau Sunan At Trmidzi no. 2516)

Maknanya adalah barangsiapa yang menjaga batasan-batasan Alloh, memperhatikan hak-hak-Nya, niscaya ia akan mendapati Alloh bersamanya dalam semua hal ihwalnya, di manapun ia menuju niscaya Alloh melindungi, menjaga dan memberinya taufiq serta meluruskannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :

إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Alloh bersama dengan orang yang betaqwa dan mereka yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl:28)

Demikianlah, alangkah butuhnya kita terhadap penjagaan Allah ta’ala, baik penjagaan di dunia apalagi penjagaan di akhirat kita, baik penjagaan terhadap keselamatan fisik kita apalagi keselamatan agama kita. Tidak ada yang mapu menjaga itu semua kecuali Allah ta’ala. maka wahai hamba-hamba Alloh, jagalah Alloh, niscaya Alloh akan menjagamu. Karena sungguh Dialah Sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara Para Penyanyang.

Wallohu alam bishowab